Blog

Profil Alumni Prasmul: Lewat Tenun, Copa de Flores Lestarikan Budaya NTT

bella 3
Event / Journal / Uncategorized

Profil Alumni Prasmul: Lewat Tenun, Copa de Flores Lestarikan Budaya NTT

IKAPRAMA.org., Copa de Flores merupakan social entreprise yang memiliki misi untuk memerdayakan perempuan melalui kebudayaan menenun sebagai medium pemulihan berbasis meditasi visual. Maria Gabriella alumni S1 yang membangun Copa de Flores menceritakan awal mulanya ide ini muncul di tahun 2016. Namun ide ini baru bisa terealisasi di 2019.

Menurut Maria banyak sekali penolakan di awal, karena banyak orang yang merasa konsep ini tidak masuk akal. banyak orang menganggap jakarta belum siap menerima disabilitas, tapi kenyataannya tiap manusia itu punya hati, dan saya bersyukur karna saya tidak menyerah akan ide ini. Ide ini muncul karena passion saya terhadap humanity. Saya merasa bahwa masyarakat disabilitas masih berjuang sendirian, dan masyarakat umum masih kental dengan stigma negatif.

“Awalnya saya bingung untuk merealisasikan passion saya, namun dengan berkuliah di prasmul wawasan saya terbuka, bahwa bisnis memiliki banyak konsep, dan bisnis pun dapat diintegrasikan untuk kebaikan sesama. Selama 3 tahun gap tersebut setelah lulus, saya melengkapi skill saya dengan meniti karir sambil menabung, dan saya pun mulai melakukan pendekatan kepada komunitas disabilitas. 2019 bersama dengan 5 teman prasmul lainnya, kita memilih untuk mencoba mengeksekusi ide ini secara bootstrapping.” terangnya.

Maria melanjutkan Kesulitan di awal tentunya dari internal, Dimana saya harus beradaptasi dulu dengan dunia disabilitas; saya harus mengubah sop, alat, cara bekerja agar aksesibel untuk karyawan saya yang disabilitas. Namun hal itu bukanlah penghambat, melainkan menjadi tanggung jawab seorang social entrepreneur. Dengan memberikan akses yang ramah disabilitas, ternyata mereka dpt bekerja jauh diatas ekspektasi.

“Masalah berikutnya dari eksternal, dalam hal ini saya harus mengedukasi masyarakat yang sudah lama terdoktrin dengan stigma. Kami mencoba mencari berbagai cara marketing yang menarik agar bisa mengubah persepsi masyarakat,” terangnya.

Gabriella pun menambahkan jika ingin menjadi socialpreneur, satu kata kunci yang wajib adalah empati. Terjun, turun ke lapangan. Rasakan jadi mereka yang bermasalah, jangan hanya duduk dan melihat dari jauh. Empati akan menciptakan moral compass yang akan membantu kalian mengarahkan bisnis ke arah yang baik. CEO hebat bukan yang pintar, tapi yang empati.